Wednesday, August 18, 2010

luka lama

saat kata terucap dan rinci terurai dari suara bahagia diujung sana. entah mengapa hati tak mampu ikut rasakan bahagia.. selalu menganggapnya berlebihan dan sesuatu yang tak penting...

mungkin sang hati iri akan kebahagiaan yang datang pada sosok suara itu. atau aku hanya teringat kembali akan luka masa lalu. dimana hal itu tak dapat kunikmati dengan indah. hal yang seharusnya menjadi anugrah terindah, namun saat itu yang dapat kurasakan hanya perih dan rintihan penuh darah dan air mata. meronta dan terbuang sirna begitu saja. mungkin aku hanya tak tahan oleh rasa sakit yang terkuak kembali saat setiap katanya merincikan semua.

dan aku teringat kamu, kisah yang terbuang dalam rona kesalahan yang mengatasnamakan akal dan mimpi akan masa depan. kamu yang hanya sekejap mampu kurasa. kamu sosok tak bernama yang pernah hadir meski sedetik.

dan kenangan ini membunuhku, perih dan lukanya seolah terpapar lepas oleh sinar matahari yang menjadikannya hitam. dan kurasakan lagi semua yang pernah ada. kamu yang pernah ada, semua indahnya yang kini menjadikan luka beribuan kali lebih perih dari luka dahulu.

dan di dalam hati pilupun bersuara. aku tahu kau pasti kan mengerti. kau pasti mampu merasakan. aku tidak membencimu. aku.. hanya... aku ada saat ini dan membuat keputusan itu bagimu karena satu hal dan hanya satu..

sayang..

yah aku menyayangimu..
meski tak ada satupun jiwa di muka bumi yang mampu mengerti dan membenarkan jalan yang kupilih. tapi kulakukan ini hanya untuk kamu. dan aku tahu ini perih bagimu. dan semua ini berjuta kali terasa lebih perih untukku...

maafkan aku.. maafkan jiwa yang tak mampu pertahankan kamu..

maaf...
hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir
untuk meredakan sedikit saja perih ini..

resahku..

hari-hari belakangan ini, ku lihat cerita kita tak seindah biasanya. kau tak seindah yang selalu kulihat. seolah selaput awan mendung itu menyelimuti senyumanmu. entah apa yang ada dibenakmu, tak satupun kata terucap perjelas resahku.

sudah jarang tawa bersahutan dari bibir kita. aku tahu raga kita lelah karena tempaan hidup. namun senyummulah canduku tuk hadapi semua. dan kini ku merindukannya. ku merindukan kata yang bersahutan geram saat kita mengadu pikir. kuridukan tawa membahana yang tercipta saat kita bertukar canda.

hmm..
entah mengapa kurasakan ada sedikit jarak yang tercipta dalam hidup. jarek antara kita.
mungkin hanya hatiku yang terlalu resah, atau mungkin memang kau memendam sebuah gundah?

Friday, August 6, 2010

tak habis dipikir..

Terkadang pikir tak mampu sampai ke titiknya..
mengapa bisa seseorang berkata untuk mengakhiri sebuah hubungan yang dalam tanpa alasan yang jelas, sadarkah dia sudah menghancurkan hidup seseorang dan mungkin akan berefek kepada orang-orang disekitar korban terluka itu. lalu disebuah tengah hari bolong (out of nowhere) tanpa pikir panjang dia mengumumkan pada dunia dia menyesal dan menginginkan orang itu kembali.

hmmm...
how could you kill some one in a short blade then suddenly ask them to wake up again???

Tuesday, August 3, 2010

akhir-akhir ini..

mengapa lelah ini begitu dalam terasa hari belakangan ini. mencoba menjadikan nyata hal tidak mungkin. berjuang tanpa henti dari awal kelopak mata terbuka di pagi hari. mungkin bosan akan semua.. mungkin juga mulai kehilangan arah...

mencoba menelik ke dalam mencari salah dalam diri. ternyata terlalu banyak namun asa juga hilang untuk menjadikan semua menjadi seperti idealisme buta di malam gelap. idealisme.. mungkin itu yang berkurang atau mungkin malah sungguh menghilang.

akhirnya diri hanya berminat untuk melewati hari secepat waktu berjalan.. dorongan yang kuat untuk segera berpulang ke pelukan nyaman lembab di dalam remang. mungkin aku yang menurunkan hasrat, atau memang semua yang akhirnya menjadi terlihat tidak menarik, atau memang sesungguhnya tidak pernah menarik.

mungkin rasa tidak dihargai dari segelintir pasir yang menorehkan luka akan diri yang berjuang keras dan akhirnya aku jadi malas berjuang.

tentang hatiku berkata mengeluh
lalu untuk apa aku mencurahkan semua..
menomorsatukan perjuangan yang mereka sebut tanggung jawab.
menjadikannya prioritas diatas segala yang timbul di hidup

apa memang tak pernah ada harga yang tercipta di otak mereka tentang semua
atau memang harganya seharusnya hanya untuk jiwa ini sendiri
datang dari jiwa ini sendiri?

atau mungkin semua hanyalah teka-teki sederhana sebuah kebosanan...