Monday, August 24, 2009

seolah-olah akan nyata

bolehkah bila suara mensiratkan nyata di dalam hati?
terlalu cepatkah bila pikir mengarahkan arah
dan mulai melukiskan putih yang menjuntai dalam mimpi

diri hanya mendapati semua begitu indah
hingga tak mampu mengusirkan pikir dari sana
dan pikir itu semakin berkembang menjadi bayangan menjelma

meski belum jelas nyata
bolehkah aku berpikir seolah-olah kan nyata
ijinkan aku menautkan mimpi pada jangkar di labuhan hati
dan berharap ia akan berlabuh ke tempatnya kelak

Friday, August 21, 2009

kita dan dunia...

kita...
perbedaan yang menyatu dalam sebuah asa
pemikiran yang mengalun dalam damainya rasa

kita..
celoteh bimbang dalam alur hari
yang menyampaikan salam pada mentari

kita...
mimpi akan dua insan yang terbedakan oleh lahir
dan terpisahkan oleh pikir mereka

kita...
langkah kecil asa dalam hari
tuk saling menopang saat badai menjelang

kita...
rindu yang dititipkan bulan pada bintang
sebagai pengingat dalam gelap

kita...
tawa hangat dua bocah kecil
yang mencoba mencari artian dalam hidup

dan dunia..
sebuah raga angkuh yang merenggangkan sayap kuasanya
pada dua langkah bocah manusia
mencoba untuk menghentak dan goyahkan kita

dan dunia
bersikap tidak ramah pada kita
menetang perbedaan yang menjelma dalam warna
menjegal langkah kita yang mencoba berlari

dan dunia
hanya memandang alur dari sebuah sudut
dimana kebahagian 'kita' tidak termasuk di dalamnya

dan dunia
memaksa kita berjuang lebih keras
hanya tuk meraih bahagia...

Tuesday, August 18, 2009

aku takut...

saat rasa tiba dalam raga
cakupan luas mendentangkan detik
sadar melompat terhentak dalam kejut
entah apa rasa yang muncul bersama sinar sang rembulan

pandang pun menatap masa depan
dan sosok akan mimpi itu
dia begitu indah tertimpa sinar temaram lampu jingga
menampilkan indahnya kadamaian dalam larutan telaga
dan aku terlarut di dalamnya

sekejap angan terhentak
menemukan rasa muncul dan menjelma
sebuah ketakutan yang menghancurkan damai
lamunan akan cara dan kata
dalam nyata yang seharusnya menjelang
ketakutan akan kehilangan sang damai
dan semua mimpi dalam dinding berbingkai putih ini

ketakutan itu semakin menyeretku pergi dari damai yang tersugguh untukku
aku takut kehilangan kamu
aku takut tak mampu lalui pertempuran ini
aku takut tak cukup kuat untuk bertahan
aku takut akan kalah

setetes embun menyeburkan asa dalam rasa
yang telah tenggelam dalam lautan hitam ketakutan
dan aku masih tak tahu harus bagaimana
bibirku terkunci dan mengatup bagai kantuk sang elang
yang telah lelah terbang dan kehilangan arah
menatap resah gelap malam yang tercipta
disaat sang rembulan tak lagi mau bersahabat

aku takut....

Friday, August 14, 2009

sepi...

senja temaram dalam timbunan awan menghitam
hembusan angin membekukan raga yang penuh dengan peluh
kaki lelah ini terlihat sedikit menggontai
mengapa perjalanan ini terasa begitu melelahkan

pikir sadar,
aku selalu punya tempat untuk singgah
sosok yang katanya menjadi milik
dan akan menjadi tempat singgah untuk melepas sedikit jengah

namun mengapa terasa lelah berlebih
dan tak dapat kujumpai sosok itu saat diri butuh
melangkah sendiri dalam temaram kota yang menghitam searah langkah
gontai semakin terasa dan menjadi lelah saat hati hanya boleh menunggu

aku inginkan sosok itu hadir mengiringi langkah
dan menggengam tanganku
memanutkan dan menyeimbangkan gontainya langkah
namun adanya selalu tak menjadikan nyata
dan yang kutemui selalu hanyalah
diri yang melamun sendiri menemani sepi
memenuhi aliran udara dan mengepul menjadikan asap
menjadikan sesak dada yang mencoba menafaskan semua

dan semua terasa sepi.....

perjalanan ini...

ia termenung disana dalam kesendirian. menatapi hamparan jalan aspal yang masih terbentang panjang dihadapannya. teriknya matahari semakin menyengat terasa membakar kulitnya. ia tersungkur, terjatuh oleh sandungan batu kecil yang tergeletak seolah tak bertuan disana. diatas jalan aspal hitam yang berdebu ini.

coba telisik, secercah cairan berwarna merah segar menghiasi ujung ibu jarinya. terheran diri, hanya sebuah batu kecil saja dapat melukainya. angannya melayang mencoba menerka rintangan apa yang terbentang menunggu di jalan panjang ini. rintangan-rintangan itu menunggu terdiam di bawah rindang pohon jati yang menjulur kokoh. mungkin juga mereka ada di ujung tikungan itu, atau mungkin tergeletak layaknya batu yang baru saja melukainya.

angan melayang tak tentu arah. tak ada yang pasti dalam jalan panjang aspal berdebu ini. yang ia dan seluruh akalnya tahu, jalan ini panjang, panas, berdebu dan dipenuhi puluhan mungkin juga ratusan rintangan, dan perjalanan ini akan menjadi perjalanan panjang yang melelahkan. lalu pikirpun bertanya, akankah sanggup sang diri bertahan dan terus berjalan disini.

gadis kecil itu pun menghela nafas,
"pertempuran baru akan dimulai.."

ia bakarkan semangat yang disiramnya dengan mimpi dan bayangan rumah putih mungilnya. sosok itu pun muncul dalam angan, menebarkan senyum penuh kepastian. angan dan mimpi inilah yang memanut langkahnya untuk terus berjalan. mimpi dan bayang akan sosok itu seolah menjadi payung yang melindunginya dari panas terik sang mentari yang bersinar tanpa ampun.

"untuk mu aku pasti bisa," sebinar senyum yakin memancar dari bibir mungilnya yang mulai kering.

"untuk rumah kita dan mimpi masa depan bersamamu, aku pasti mampu"
dan ia melanjutkan langkahnya tanpa sedikitpun menoleh pada perihnya luka diujung kakinya. bayang rumah tujuannya pun semakin nyata ia gengam dalam hatinya.


P.S: just be with me beibie, then I know everything gonna be alright

Tuesday, August 11, 2009

asing

terdiam mengamati sekeliling
kuhirup udara yang menghembus keras di kulitku
wangi asing ini terasa menyesakkan dada
melintas berbagai bayang dalam langkah hari
semua terlihat begitu asing bagiku

suara-suara ini tak seperti kukenali
cahaya yang melintas pun terlihat seolah tak pernah nyata
denting sang detik pun berjalan dengan langkah yang timpang
tak satupun detilnya ku kenali dengan pasti
tak satupun warnanya ku resapi dengan arti

dan aku merasa tersesat di dalam 'asing' ini

apa hanya rasa yang terlalu melebih
atau asa yang tak pernah terhenti?

kurindukan langkah-langkah yang dulu ku kenali
kurindukan tawa dan suara yang dulu kunikmati
dan hati kecilku ingin kembali

Tuesday, August 4, 2009

memburam

sketsa ini nampak memburam
terkena embun sisa hujan yang jatuh semalam
kucoba pandangi tuk dapatkan nyata gambarannya
namun semua semakin mengabur...
berlahan meleleh bersama embun yang mencair

lutut ini terasa lunglai ingin terjatuh
melihat semuanya tak mampu nyata terlihat jelas
mengapa harus ada hujan yang turun
bila matahari dan sinar indahnya cukup tuk menjelang?
mengapa embun haruslah mencair
dan melelehkan semua goresan yang pernah tercipta

kucoba letakkan sketsa ini dalam bingkainya
agar sang embun tak mampu menggangunya
mungkinkah ini akan menbiarkan embun terdiam disana
tak mampu menyentuhnya
agar nyata dapat kulihat jelas 'sketsa kita'