dan disini sekarang sang ungu bertepi, berteman asap dan air mata. hanya disini tempatnya mengadu akan semua kegundahan yang terpendam dalam dan tak berujung. dan sekali lagi ia memudar, tertelan derap dentingan waktu yang mengebu. dan ia semakin tak tahu kemana arah karena pelitanya tlah pergi dan tak terlihat lagi. dan malam menjadi terlalu dingin untuknya. sepipun menjadi teman dalam kalutnya pikir. dan ungu sekali lagi mengeluh. mencoba mengeluarkan suara agar didengar telinga yang memiliki asa. tapi hanya gerangan parau yang tercipta dan desahan sesak yang menggeliat di gelapnya malam.
asap ini telah akan habis masanya, dan berkurang satu lagi teman malam untuknya. ia pun menghelakan nafas panjang. jeritan yang telah ia keluarkan sekuat tenaga, seakan habis ditelan gemerlap dunia yang melintas indah membutakan mata. warnanya pudar tak seindah terakhir kali mampu dibawa kenangan. dan sedikit demi sedikit 'sketsa kita' pun memudar bersama hilangnya sang ungu. hanya tanya tanpa jawab dan perbincangan satu arah yang menggantung lemah tak berdaya yang mampu tertinggal dalam derai angin malam yang menghembus.
dan ia merasakan sepi lebih dalam dari sebelumnya. dan ia teriris perih yang lebih sakit dari sebelumnya. dan hanya dia yang tetap berdiri di ujung jalan menantikan komando dari sang kapten yang tetap bertahan dalam diamnya yang mencekam. dan hanya dia..yah hanya dia yang mampu terlihat bertahan untuk berdiri disini dalam kabut gelap tak jelas arah. dan ia masih saja menggengam sebutir mutiara yang tercipta dari kristalisasi air matanya, sebuah mimpi katanya.. tapi benarkah adanya???
dan ia kini memutuskan untuk berhenti melontarkan tanya dan merajutkan mimpi...
membungkam mulutnya dan mematikan pikir...
No comments:
Post a Comment