yang hilang bukanlah rasaku padamu
yang hilang bukanlah inginku bersamamu
yang hilang bukanlah rinduku saat kau tak ada
yang hilang..
rasa nyaman yang dulu kerap menyelimuti setiap malamku
hangat yang menepiskan lelah yang bertumpuk ini
senyum disetiap detik yang kita bagi
celoteh penuh canda yang dulu tak pernah usang
tiang bagi diri menyandarkan raga
sinar yang kutunggu untuk sebuah alasanku menjelang hari
rasa percaya akan masih adanya kagummu untukku
sebuah pelukkan yang menyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja
belaian yang memaafkan setiap salah dan kurangku
dan kini hati berdiri berusaha tegar
mulut menutup rapat sang lidah agar tak mengeluarkan keluh kesah
melapisi semua dengan sinis yang tercipta
akan semua rasa sakit yang terasa
dan kini
aku kehilangan arah..
Monday, November 11, 2013
entah
dalam selusur lorong kota yang bertemankan air hujan
diri mencoba menelusur kembali rasa hati yang ada
mencoba mencari asal dari perih ini
namun yang ada hanya lelah yang menumpuk
entah apa yang ada kini
entah apa yang dirasa
entah apa yang dicari
yang terdengar hanya luapan rintihan kaki yang ingin berhenti berjalan
hati yang sudah enggan merasa
dan jiwa yang tersesat hilang arah
dan kurindukan ungu itu..
diri mencoba menelusur kembali rasa hati yang ada
mencoba mencari asal dari perih ini
namun yang ada hanya lelah yang menumpuk
entah apa yang ada kini
entah apa yang dirasa
entah apa yang dicari
yang terdengar hanya luapan rintihan kaki yang ingin berhenti berjalan
hati yang sudah enggan merasa
dan jiwa yang tersesat hilang arah
dan kurindukan ungu itu..
Saturday, November 9, 2013
aku butuh "kamu"
dan kini
kita sampai pada titik ini
dimana detik mengiring diri menyadari arti kita tak lagi se-ungu dahulu
entah apa yang dikikis sang waktu hingga kita terasa hampa
bukankah dulu kau menjadi pengikat hati yang tercerai berai terhempas kejamnnya hidup
bukankah dulu kau menjadi sumber dari semua senyumku
tak perduli apapun yang dunia hujatkan pada kita
bukankah dulu kau adalah tempatku mengadukan keluh kesah akan bobroknya hidup
bukankah kamu tiang dimana dapat kusandarkan semua lelahku
kini hidup mengirimkan jutaan hujatan akan diri
kini hidup menjatuhkan jiwa dan meremukkan asa ini
dan kini aku kehilangan kendali atas lajunya
namun tak kutemui kau disana
ribuan cara, ribuan detik
aku terus mencari nyaman yang dulu ada
sebuah senyum yang mampu meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja
sebuah kehangatan yang mampu tepiskan tetesan air mata ini
namun tak kutemui kau disana
lelah ini melahirkan bungkam dan amarah yang tak berarah
dan yang terdengar diujung sudut ruang hati hanya
sebuah tanya "apa mauku?"
'apa mauku' bukanlah esensi semua ini
'apa mauku' bukanlah sesuatu yang hilang
mengapa tanya itu tak mengerti
mengapa suara itu tak mendalami
bukan apa mauku
namun apa yang kubutuhkan
sesederhana yang dulu ada
aku butuh "kamu"
kita sampai pada titik ini
dimana detik mengiring diri menyadari arti kita tak lagi se-ungu dahulu
entah apa yang dikikis sang waktu hingga kita terasa hampa
bukankah dulu kau menjadi pengikat hati yang tercerai berai terhempas kejamnnya hidup
bukankah dulu kau menjadi sumber dari semua senyumku
tak perduli apapun yang dunia hujatkan pada kita
bukankah dulu kau adalah tempatku mengadukan keluh kesah akan bobroknya hidup
bukankah kamu tiang dimana dapat kusandarkan semua lelahku
kini hidup mengirimkan jutaan hujatan akan diri
kini hidup menjatuhkan jiwa dan meremukkan asa ini
dan kini aku kehilangan kendali atas lajunya
namun tak kutemui kau disana
ribuan cara, ribuan detik
aku terus mencari nyaman yang dulu ada
sebuah senyum yang mampu meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja
sebuah kehangatan yang mampu tepiskan tetesan air mata ini
namun tak kutemui kau disana
lelah ini melahirkan bungkam dan amarah yang tak berarah
dan yang terdengar diujung sudut ruang hati hanya
sebuah tanya "apa mauku?"
'apa mauku' bukanlah esensi semua ini
'apa mauku' bukanlah sesuatu yang hilang
mengapa tanya itu tak mengerti
mengapa suara itu tak mendalami
bukan apa mauku
namun apa yang kubutuhkan
sesederhana yang dulu ada
aku butuh "kamu"
kini
pikir terhempas akan sebuah kesederhanaan yang ada di masa lalu.
"hidup untuk kekinian"
waktu berjalan terlalu cepat dan "kini" menjadi sebuah komplikasi akan masa lalu, masa depan, harap dan keharusan. "kini" nampak tak lagi sesederhana seharusnya. apa ini sudah yang seharusnya? kedewasaan membawa kita pada keputusan-keputusan sulit melalui pertimbangan-pertimbangan dalam? bukan lagi apa yang diinginkan hati, bukan pula asa diri, namun berbaur dengan langkah dan rencana, keinginan dan keharusan para pihak. dan semua tampak menjadi begitu rumit. tak dapatkah kita kembali pada kesederhaan pikir yang ada dulu?
"hidup untuk kekinian"
waktu berjalan terlalu cepat dan "kini" menjadi sebuah komplikasi akan masa lalu, masa depan, harap dan keharusan. "kini" nampak tak lagi sesederhana seharusnya. apa ini sudah yang seharusnya? kedewasaan membawa kita pada keputusan-keputusan sulit melalui pertimbangan-pertimbangan dalam? bukan lagi apa yang diinginkan hati, bukan pula asa diri, namun berbaur dengan langkah dan rencana, keinginan dan keharusan para pihak. dan semua tampak menjadi begitu rumit. tak dapatkah kita kembali pada kesederhaan pikir yang ada dulu?
Subscribe to:
Posts (Atom)